Absolute Mafia |
Kalau ditelaah dari sisi strategi sepakbola, gaya strategi seorang mantan kekasih itu ada dua macam. Pertama, strategi “Cattenaccio” yaitu strategi negatif football yang cenderung mencari kelemahan lawan, dan mempertaruhkan serangan balik yang efektif untuk menjebol gawang.
Strategi pertama ini biasa dilakukan oleh seorang mantan kekasih yang merasa telah disakiti hati oleh pacarnya. Perlahan tapi pasti, riset data dikumpulkan, verifikasi dikerjakan, serangan balik siap dijadikan kenyataan. (Mungkin) bagi seorang mantan kekasih, ini menjadi pertempuran sejarah yang akan menentukan pencitraannya sebagai pemenang sejati.
Sedangkan strategi kedua mantan seorang kekasih ini lebih sadis dari “Cattenaccio”. Yaitu pola penyerangan total yang mengepung pertahanan lawan. Baik via hit and rush atau sekadar umpan-umpan pendek. Pola serangan mantan kekasih ini bertujuan untuk menciptakan psikologi ketakutan dimata pacarnya. Pola strategi ini memperlihatkan, bagaimana seorang mantan kekasih mengorganisasikan daya tahan tubuh dan keterampilan memporak-porandakan pacarnya yang telah mengambangkan dirinya selama bertahun-tahun.
Nah, tak berbeda jauh dengan mantan kekasih, jika mafia beras juga mncoba menerapkan “Cattenaccio” dan “Serangan Total” pada pemerintah hari ini. Lihat saja, serangan-serangan dari para mafia perlahan mulai menampakan jati dirinya. Salah satu serangan terganas melebihi serangan KPK vs Polri bagi saya dari kelompok mafia ini adalah kenaikan harga beras.
Lah kenapa? Karena mafia beras berhasil menciptakan psikologi ketakutan pada masyarakat. Ini berbeda dengan kisruh KPK vs Polri yang hanya membuat ketar ketir elit politik corrupt saja.
Tak heran, jika kenaikan harga beras di pasar membuat Jokowi langsung memberikan instruksi agar para mafia beras, jika sudah terbukti unsur pidananya segera ditangkap (tribunnews.com, 28/2/2015).
Aigh, tapi sekali lagi, posisi pemerintah selalu berada beberapa langkah dibelakang dari serangan total para kelompok mafia yang tengah mengamuk. Ironinya, pemerintah terus coba menentramkan hati publik dengan menyatakan di pelbagai media bahwa stok beras raskin aman dan panen besar akan datang. Hadeuh….
Pertanyaannya, apakah (mungkin) pemerintah akan menangkap para mafia beras? Sepertinya memang masih cukup diragukan. Karena kenyataannya, hari ini harga beras telah naik dan tak ada kelanjutaan apapun dari aparatus negara terkait mematahkan pemainan mafia beras di lapangan.
Loh kok ragu mas bro? jelas, buktinya sampai saat ini pemerintah belum membuat sistem yang apik dalam melakukan distribusi beras di Bulog. Buktinya, pada awal februari 2015 justru Bulog menemukan adanya “beras siluman” yang masuk ke pasar Induk Cipinang sebanyak 1.800 ton. Pastinya, “beras siluman” ini tidak melalui Deliver Order (DO) dari gudang Bulog. Hmm, aneh tapi nyata. Pasalnya, beras Bulog itu mesti langsung dijual ke pasar dan tidak masuk ke Pasar Induk Cipinang.
Makanya jangan heran, jika harga beras melonjak tinggi sekitar 30 persen saat ini. Memang sejatinya, sistem pertahanan distribusi beras Bulog juga tidak hebat-hebat banget, alias gampang dijebol atau bisa jadi sudah rapuh sehingga mudah untuk para mafia beras memainkan perannya. Setelah ada info tersebut, Menteri Perdagangan baru mulai menitahkan untuk mengaudit 14 ribu gudang beras milik pedagang di seluruh Indonesia.
Sungguh lawas cara bekerja pemerintah ini dan akan selalu berada dibelakang puluhan langkah dari kelompok mafia beras. Ya, harapan minimal saya sebagai manusia yang masih butuh beras, pemerintah layak belajar dari strategi lawas Mourinho dalam membuat sebuah benteng (tembok) pertahanan yang kokoh dari gempuran pemain tengah, gelandang, hingga kelihaian individu striker mafia beras.
0 comments:
Posting Komentar